Alert: this movie just for ADULTS only!
The Dreamers
bercerita tentang seorang pelajar student-exchange dari San Diego,
Matthew (Michael Pitt),
yang datang ke Paris untuk belajar bahasa
Perancis. Di sana bertemulah dia dengan Isabelle (Eva Green) yang kembar
Siam dengan Theo (Louis Garrel). Karena memiliki latar belakang yang
sama, yaitu pecinta film, akhirnya mereka berteman, malah kedua
bersaudara itu mengajak Matthew untuk tinggal di apartemennya. Cerita
kemudian berlanjut ketika Matthew menemukan sesuatu yang tidak lazim
dari cara pandang dan tingkah laku kedua kakak beradik ini. Sampai
akhirnya Mattew ikut terjerumus ke dalam hubungan mereka dan mengalami
pengalaman sex yang jauh di luar pikirannya, serta terjerumus dalam
mimpi-mimpi kakak beradik itu berdua. Tapi pada akhirnya apakah Matthew
terus mengikuti mimpi mereka?
Film ini menghadirkan hal yang sangat tabu untuk dibahas atau
dipertontonkan, tak heran jika film ini mendapat sertifikat NC-17 yang
berarti hanya boleh ditonton oleh kalangan dewasa saja. Mengingat adegan
demi adegan yang ditampilkan, jujur saja, bikin aku terpana sekaligus
kadang-kadang berdecak heran, jijik, dan entah apalagi perasaan tidak
karuan melihat adegan sex yang dipertontonkan. Terlebih frontalitas para
pemain yang tanpa malu-malu telanjang di depan kamera. Bukan berarti
lantas film ini beralih menjadi film kelas film esek-esek. Salah sekali.
Film ini punya seni, dan penggambaran adegan sex-nya pun digambarkan
dengan rapi tanpa menimbulkan kesan murahan. Konsep kekacauan yang
ditampilkan Bernardo Bertolucci (katanya dia sutradara Last Emperor yg
menang Oscar, tp belum nonton film ini nih) menimbulkan kontras yang
bisa ditarik secara filosofis, kekacauan yang terjadi di dalam apartemen
kontras dengan kekacauan yang terjadi di luar apartemen. Karena film
ini bersetting tahun 1968, ketika gerakan mahasiswa terjadi pada tahun
itu, yang hingga mampu merubah sejarah Perancis. Dan ending film ini pun
tetap menyimpan interpretasi sendiri bagi si penonton. Melihat bahwa
(mungkin) Matthew pada akhirnya mengejar cita-citanya sebagai film maker
kelak, dan meninggalkan mimpi-mimpi absurd kedua kakak beradik itu.